Minggu, 27 Juli 2008

Cinta Gila



"Aku mencintaimu," kata ini meluncur dari seorang pemuda yang berpakaian rombeng dan belepotan kotor. Ia nyengir, seperti tak ada beban berkata seperti itu. Dan perempuan yang diajaknya bicara hanya cengar-cengir, menggerak-gerakkan tubuhnya yang terbalut kain kotor. Ia senyam-senyum, cengengesan dan mengulum ibu jarinya.
"A.....pa, akang mencintaiku," kata perempuan itu pelan dan lenjeh, "aku juga mencintai akang," lanjutnya.
Pemuda itu tersenyum, cengengesan, dan segera berlari. Aneh, tapi itulah yang selalu diperbuatnya. Ia lari kencang sekali, tak peduli. Lari tanpa arah, yang dibenaknya hanya ada kata: sungai. Dan, di sungai yang kotornya tak ketulungan pemuda itu menceburkan diri,"byuuuurrrrr"
"Ha...ha...ha....," rupa-rupa anak gelandangan yang melihat kejadian ini tertawa.
"Sungai inikan habis kita kencingi"
"Tadi, aku juga buang tahi"
"Orang gila itu hebat, berani mandi dengan kencing dan tahi kita"
Kata-kata anak gelandangan itu bersahutan. Menertawakan.
Pemuda itu tak peduli, terus mandi dan berenang ke tepian. Seterusnya ia mengusir anak-anak gelandangan itu.
"Dasar anak-anak gila, edan, gila...," teriak pemuda itu.
"Kamu yang gila, ceritanya lagi jatuh cinta...ha..ha..ha.." ledek anak-anak itu.

***
Di perkampungan kumuh itu, siapa yang tidak mengenal pemuda gila itu. Orang-orang memanggilnya pemuda gila. Tingkahnya yang selalu aneh semakin melegitimasinya sebagai pemuda gila; suka mandi di kali yang kotor, berteriak memanggil nama-nama perempuan, nyanyi-nyanyi sendiri, bicara sendiri semuanya sudah jadi kebiasaan setiap hari. Tapi, ada penghargaan terhadap pemuda gila itu, ia pintar, cerdas, dan dermawan sekalipun hidupnya sangat hina dan miskin. Jangan menyebutnya miskin, karena dalam dunia orang gila yang hina tak ada yang memikirkan harta, yang ada hanya pikiran mengisi perut untuk hari ini. Hebat, tak pernah memikirkan uang untuk jadi kaya.
Ceritanya pemuda gila itu lagi jatuh cinta. Sama siapa? Sama gadis gila yang biasa berkeliaran di jalan. Siapa namanya? Tidak tahu. Rumahnya? Juga tidak tahu. Di mana ketemunya? Di tepi jalan. Waktu itu, gadis gila itu lagi nyanyi-nyanyi dengan menggendong boneka. Di matanya boneka itu adalah anaknya.
"Mau ke mana, Neng?"
"Cari ayah, untuk anak ini"
"Emangnya siapa ayahnya?"
"Tidak tahu. Tapi, kamu kok mirip juga dengan pemuda yang memerkosaku dan mengambil anakku."
"Masak!"
"Iya bener, wajahmu, matamu, hidungmu, tubuhmu, iya mirip benar dengan orang yang kucari"
Sejak itu, pemuda itu merasa bangga dengan dirinya. Ia merasa lelaki, sebab ada perempuan yang mencari. Dan dia jatuh cinta, saban hari yang selalu dilakukannya adalah berkata tentang Cinta. Cinta. Cinta. Tak mengherankan bila sebagian teman-temannya yang gelandangan dan gila juga mengatakan ia semakin gila karena Cinta. He...he...he...
Pemuda itu terus berlari, anak-anak gelandangan mengikutinya di belakang.
"Hidup Cinta, hidup Cinta, hidup Cinta," teriak anak-anak itu layaknya suporter kesebelasan yang mendukung timnya bermain pertandingan sepak bola.
Di depan warung penjual es, semua berhenti. Dan, pemuda itu memesan es sejumlah dengan pengikutnya. Semua ditraktir es oleh pemuda gila itu. Asyik kan.
"Wah, hebat. Cinta itu hebat, ya. Bisa bikin kaya, buktinya si Gila ini mentraktir kita hanya karena Cinta," seru salah seorang anak.
Pemuda itu tersenyum. Nyengir. Bego.
"Cinta itu sebenarnya apa sih, Gila," tanya seorang anak pada pemuda gila itu.
"Cinta itu,...nanti dech kutunjukkan. Sekarang habiskan dulu es-nya."
Setelah selesai pesta es, pemuda gila itu berkata, "apa kalian pingin tahu, Cinta itu apa?"
Serentak anak-anak gelandangan itu menganggukkan kepala.
"Ayo, sekarang ikut aku. Akan kutunjukkan pada kalian Cinta itu apa," kata pemuda gila itu. Dan berlari. Semua anak mengikuti dengan perasaan penasaran. Di tepi jalan raya yang dipadati kendaraan pemuda gila itu berhenti. Anak-anak gelandangan itu mengikuti. Berhenti. Napas mereka tersengal-sengal. Kesal.
"Ayo, dong katakan Cinta itu apa, Gila?" kata salah seorang anak.
"Cinta itu tidak bisa dikatakan, tapi hanya bisa ditunjukkan," kata pemuda gila itu. Menegaskan.
"Kalau begitu tunjukkan dong, biar kita tahu Cinta itu apa?" tanya anak yang lainnya.
"Baiklah, lihat ini"
Pemuda itu segera berlari menyeberang jalan raya itu. Dan...
"Ha!"
Semua mata anak-anak gelandangan itu terbelalak. Gila, seru mereka dalam hati. Melotot, mereka tak percaya. Menyaksikan pemuda gila itu menabrakkan tubuhnya sendiri pada sebuah mobil yang melaju sangat kencang. Darah berhamburan membuncah. Tubuh pemuda gila itu berkeping-keping hancur. Pisah. Kepala pemuda itu menggelinding ke arah gerombolan anak gelandangan itu.
"Inilah Cinta," lirih kata kepala pemuda gila itu. Kemudian menutup matanya. Mati.
"Lari....!" seru salah seorang anak.
Mereka berhamburan pergi. Berlari dan salah seorang anak itu membawa kepala pemuda gila itu.
Di padang perkebunan yang luas anak-anak gelandangan itu berhenti. Napas mereka tersengal-sengal. Dan ingatan mereka terus terbayang kematian pemuda gila itu yang tragis.
"Itulah Cinta anak-anak, sama dengan kematian," kata ruh pemuda gila itu yang merasuk ke batin anak-anak gelandangan itu. Semua pikiran anak gelandangan itu sedang berkecamuk, menafsirkan arti Cinta yang tadi dijawab oleh pemuda gila itu dengan kematian.
Anak-anak, Cinta itu mati. Cinta itu mengorbankan nyawa. Cinta itu bunuh diri. Cinta itu membinasakan. Cinta itu memisahkan tubuh menjadi bagian-bagian kecil. Cinta itu sama dengan kematian. Ha...ha...ha...bisik ruh pemuda gila itu pada anak-anak gelandangan itu.
"Apa yang kau bawa"
"Kepala si Gila"
"Ha!"
Semua anak terperanjat kaget, melihat teman mereka yang membawa potongan kepala pemuda gila itu. Kepala itu diletakkan di tanah, sebagian anak-anak menutup matanya takut melihat potongan kepala pemuda gila itu yang masih segar dan berlumuran darah.
"Untuk apa kau bawa kepala pemuda gila itu?"
"Untuk kuberikan pada gadis gila itu"
"Maksud, kamu, pacar si Gila ini"
"Ya"
Semua mata anak-anak gelandangan itu menatap kepala pemuda gila itu. Tenang. Hening. Seperti sedang terjadi penghormatan atas kematian pemuda gila itu.

***
Di tepi jalan ramai, seorang anak kecil menyerahkan sebuah bungkusan plastik pada gadis gila itu.
"Ini untukmu, Gila"
"Hore..hore...ada anak edan ngasih hadiah padaku. Hore.."
"Dasar gila," gerutu anak itu seraya pergi. Berlari.
Di rumahnya yang kotor, berlantai tanah, berdinding kertas kardus dan beratap plastik gadis gila itu membuka bungkusan plastik itu. Darah tersegap. Berhenti sejenak, mata gadis gila itu membulat seperti bumi. Muka memerah dan air mata berurai. Tarikan napasnya mengisyaratkan tekanan batin yang luar biasa memilukan.
Seketika ia mengamuk, rumah kotornya diobrak-abrik dan dibakar, tak ayal api merambat cepat dan membakar seluruh isi perkampungan kumuh itu. Api membara melahap semua yang menghadang, dan ratusan orang berteriak-teriak minta tolong seraya berusaha memadamkan api dengan air. Tapi sia-sia, api kadung sudah gila pula.
Gadis gila itu lari. Hilang. Entah ke mana.
"Lihat, itu ada mayat, di tepi sungai" seru seorang anak gelandangan. Segera, teman-temannya melihat yang ditunjuk anak itu. Dan, semua kaget saat mengetahui kalau mayat itu adalah gadis gila pacar dari pemuda gila itu.
"Inikah Cinta, Gila" seru hati setiap anak gelandangan itu.

***
Masanya terus beranjak, kini usia anak-anak gelandangan itu bertambah dua puluh tahun. Mereka telah dewasa. Tapi, aneh tak satu pun di antara mereka yang mau menikah atau pacaran. Kenapa? Mereka bilang takut dengan Cinta. Kenapa? Cinta itu Gila. Maksudnya? Dua manusia Gila itu telah mengajari Cinta, sungguh Cinta itu benar-benar Gila. Mematikan. Mereka tak mau mati. Tapi, apa kalian tidak melihat ibu-ibu kalian yang selalu resah menantikan kehadiran cucu, demi kelangsungan hidup manusia-manusia gila. Dunia perlu ekosistem, ada yang mulia, harus ada juga yang hina! Ha, apa benar, kita harus bagaimana?

Jumat, 25 Juli 2008

Karikatur Vektor + Photoshop



Beruntunglah mereka yang punya bakat menggambar, karena bakat ini bisa menghasilkan duit lho! Gak percaya? liat aja gambar karikatur diatas.. Itu adalah karya karikatur saya untuk mr. Leon (manager Swedishmatch) Nah karikatur itu dibuat untuk kado farewell beliau karena harus balik pulang ke Swedia.

Saat menerima kado berupa karikaturnya, beliau sangat tersanjung dan terkesan en memuji saya di depan para manajer bahwa saya sangat berbakat (seneng dong dipuji??).

Jadi ini sedikit tips dari saya, asahlah bakat Anda dalam hal menggambar, karena itu bisa jadi Andalan saat Anda akan mengirim kado kepada relasi, atasan atau sahabat Anda. Karena membuat karikatur adalah strategi termurah menyenangkan hati seseorang.

Karikatur (yang positif) selain sangat personal juga mencerminkan bahwa Anda sangat peduli pada subyek karikatur Anda. why? karena Anda tidak saja mengenal baik sifat2 dan karakternya tapi Anda juga mengenali setiap garis wajahnya dengan sangat baik. Inilah yang membuat subyek karikatur merasa tersanjung.

Fortunatelly saya termasuk yang diberi bakat menggambar plus keterampilan komputer grafis, selama ini memang sudah banyak yang meminta saya dibuatkan karikatur wajah mereka dan hasilnya pertemanan kami tambah akrab (itu secara non komersil).

Seringkali juga manager kantor saya meminta dibuatkan karikatur untuk CEO, relasi bisnisnya atau bahkan untuk anak CEO..semuanya berhasil saya kerjakan dengan memuaskan...hasilnya? eksistensi saya di kantor diakui. Para manajer pun menobatkan saya sebagai karyawan kreatif...so ujung-ujungnya tetep di duit kan? why? karena jika eksistensi saya di kantor telah diakui berarti kemungkinan PHK semakin kecil kan? hekekekek...

Rabu, 23 Juli 2008

Internet? apa sih yang gak ada??

Jaman sekarang hampir semua umat manusia mengenal internet, sebagian hanya tahu definisinya, sebagian menikmatinya untuk kesenangan dan sebagian lagi memanfaatkannya sebagai sumber bisnis menggiurkan. Peluang mengeruk uang dari internet sudah pasti membuat liur Anda menetes tiada henti! why? sebab ada jutaan akses untuk mencetak uang hanya dengan memanfaatkan media internet.

Jangan heran jika Larry Page & Sergey Brin, sang founder google menjadi multi milyuner hanya dengan modal search engine yang kini terpopuler sejagat maya. Meskipun memang pada awal-awal eksisnya google.com pada tahun 1996 hanya beroperasi di ruang garasi yang sempit dan kini kantor mereka telah menjelma menjadi gedung yang mewah dan berkelas di :1600 Amphitheatre ParkwayMountain View, California 94043.

Untuk urusan ketenagakerjaan, sepertinya google Inc bener-bener concern sama kenyamanan kerja karyawannya. CEO google Inc. memang bener memahami bahwa insan2 yang bergelut di dunia cyber adalah pribadi yang free, independent dan unik, tentu diperlukan pendekatan khusus agar mereka betah bekerja dan memberikan kontribusi yang tak sedikit kepada google.Inc. Maka jangan heran jika setiap karyawan google Inc dapat menikmati fasilitas bilyar, main motor mini di koridor kantor bahkan renang di kolam mini bro!

Coba deh bandingin sama perusahaan di indonesia!! jauhhh!! makanya orang Indonesia cenderung memanfaatkan kesempatan dengan korupsi, apalagi yang kerja jadi pegawai negeri! tapi kalo pegawai swasta paling banter juga korupsi waktu! itupun gak banyak, 5 menit doang! hehehe...

Nih illustrasi kantor google Inc, karyawannya terlihat happy, fasilitas memadai trus kesejahteraan yang menunjang pula! kurang apa coba??







Internet telah menjelma sebagai "magic word" di dunia ini. Anda tak perlu sekolah di Griffindor seperti Harry Potter untuk dapat menguasai trik sulap kartu. Karena dengan mudahnya internet akan membagi database trik sulap termodern yang dimilikinya untuk Anda dan jutaan orang di penjuru dunia. Anda hanya perlu online lalu klik search engine google, masukkan key word "card magic trick" tekan enter, tunggu beberapa saat (tergantung bandwidth) dan ribuan link homepage terpampang di monitor Anda dan dalam hitungan menit Anda telah membaca panduan menjadi pesulap modern plus beberapa trik sulap tercanggih yang dapat menjadi modal Anda untuk mencari nafkah (jadi badut ultah anak2?), why not? badut yang pandai main sulap cukup sulit ditemukan di negeri ini. See? dengan mengakses internet kini Anda menjadi the most qualified clown in Indonesia! cool...
Atau jika dengan berinternet Anda telah telah menemukan trik sulap kartu yang paling bagus dan menguasainya untuk kepentingan just for fun, it's does'nt matter, karena suatu saat Anda dapat memperagakan kelihaian Anda bersulap kartu saat reuni SMA dan membuat para gadis terpesona termasuk gadis yang pernah Anda incar sejak 8 tahun yang lalu! hebat kan?


Berselancar dengan internet memang sangat berbeda dengan berselancar di ombak laut, meskipun keduanya sama-sama menyenangkan dan keduanya juga perlu keterampilan. yaitu keterampilan menjaga keseimbangan. Beselancar di laut Anda perlu keseimbangan untuk tetap dapat berdiri di papan surfing, sedangkan berselancar di internet yang Anda butuhkan adalah keseimbangan mengatur waktu yang Anda miliki agar aktifitas formal tidak keteteran.
Tak ada yang menyangkal bahwa siapa saja yang pertama kali berinternet, beberapa saat kemudian pasti akan meluangkan waktu untuk kembali berinternet. Memang internet mampu membius siapapun to get addicted with it. Jika menemukan trik sulap is such a fun, maka ada beribu-ribu such a fun-such a fun lainnya yang jauh lebih fun! dan coba tebak apa yang paling banyak dicari browser saat mereka sedang online? yes, correct! it's pornography!!




Untuk mendapatkan foto wanita super seksi seperti ini, Anda bagaikan mencari gajah di kebun binatang surabaya alias super gampang a.k.a very very easy. Bahkan untuk menemukan pose yang lebih menantang dari ini bukan suatu yang rumit buat internet (untuk urusan ini sepertinya Anda lebih paham daripada saya?) hekekekekek...

Banyak orang berkata bahwa mendapatkan pekerjaan impian di jaman BBM langka dan mahal ini bagaikan mencari jarum di kandang macan kebon binatang surabaya, it's non sense alias mustahil (lagipula buat apa macan bawa-bawa jarum?buat nyantet pawangnya???).
Eitsss, jangan salah dulu, itukan omongan orang yang hopeless dan gaptek. Maka betapa beruntungnya Anda yang telah mampu memanfaatkan internet, karena jika saat ini Anda masih jobless maka peluang Anda mendapatkan pekerjaan bergaji tinggi adalah 1000% lebih tinggi daripada para pengangguran yang buta internet.

Kini semakin banyak situs internet yang fokus menjadi headhunter, mereka dapat diandalkan untuk mengurangi Angka pengangguran di negeri ini. Salah satunya adalah


www.jobsbd.com yang kini telah menjadi the most massive headhunter in Asia! Ribuan perusahaan memasang iklan lowongan kerja di situs terkenal ini, tentunya karena kecanggihan teknologi, server yang joss dan database mumpuni yang disediakan www.jobsbd.com, membuat departemen HRD perusahaan harus merogoh kocek tidak sedikit untuk dapat menampilkan vacancy adv di www.jobsbd.com.

Bisa Anda bayangkan ada berapa digit di saldo rekening si pendiri

www.jobsbd.com? mungkin lebih dari 6? yahh..sama dong dengan saldo tabungan saya? wekss! ternyata dia pake USD kalo saya mah pake Rupiah mas!

Ya sudah gak perlu iri, rejeki orang kan sudah masing-masing! tapi tahukah Anda bahwa sepanjang perjalanan karir saya, tak pernah jauh-jauh dari Internet. Seperti saat pertama kali saya mendapatkan pekerjaan sebagai junior web desainer di Bali, gara-garanya juga karena saya getol kirim email ke senior kampus yang telah duluan kerja di kantor web development, trus saya dikenalin sama ownernya yang orang USA, and then saya pun kerja disana selama 3 bulan. Why cuma 3 bulan? karena kantor web development tersebut keburu kolaps jack!


Trus saya dapat pekerjaan pengganti di biro Advertising di Bali, tapi yang ini bukan berkat internet tapi dari iklan lowongan kerja di koran Bali Pos. Bertahan 2 tahun sampe akhirnya saya kembali ke Malang. Di kota kelahiran saya menghabiskan waktu 4 bulan kerja di jasa setting desain grafis hingga akhirnya saya hijrah ke Surabaya karena dapet panggilan kerja sebagai desainer grafis di suatu kantor penerbit majalah komunitas surabaya barat. Saya juga tidak butuh waktu lama bekerja di kantor ini, terhitung 6 bulan sebelum akhirnya saya memilih resign.

Saya balik lagi ke Malang...sempat vakum 5 bulan, hingga akhirnya saya buka kotak email saya, terhitung 6 bulan sejak pertama kali daftar di jobsdb, saya tak pernah membuka kotak email saya, dan seperti yang Anda pikirkan, kotak email saya penuh dengan kiriman newsletter dari jobsdb.com. Saya buka satu per satu setiap iklan lowongan kerja, karena sebelumnya saya telah menetapkan spesifikasi desain grafis untuk posisi pilihan, maka setiap iklan lowongan yang tampil adalah untuk posisi tersebut. Ada beberapa perusahaan bonafit yang membuka lowongan desainer grafis, saya kirimkan lamaran via email tapi setelah hampir 3 minggu tak satupun ada tanggapan. Lalu di suatu sore saya dihubungi seseorang melalui handphone adik saya, waktu itu hp saya sudah terjual :( ... suara dari seberang mengatakan bahwa saya diminta hadir dalam interview kandidat desainer grafis.

Setelah 5 bulan jadi pengangguran, menerima panggilan interview seperti itu bagaikan menemukan peti yang tergembok dan kita tak tahu isinya, bisa saja peti itu berisi uang emas atau sertifikat pemilikan tanah seluas 1000 hektar?kita takkan pernah tahu sebelum membukanya. untuk dapat membuka peti itu tentu kita membutuhkan kunci yang cocok dengan gemboknya. Dan dapat Anda tebak bahwa selama ini ternyata kunci itu ada dalam saku kemeja saya. Dengan kegigihan plus kesabaran serta sedikit ketelitian saya berusaha membuka peti itu. Setelah berhasil terbuka....ya! saya mendapatkan surat Keputusan bahwa saya diterima bekerja sebagai staff promosi di perusahaan trading furniture di Surabaya.

Ada banyak kenangan berharga yang pernah saya alami di perusahaan furniture ini, ada masa-masa saya dalam kondisi superaktif dan produktif, namun ada masanya saya mengalami jenuh dan kebuntuan ide. Bahkan dalam urusan asmara saya juga memiliki kenangan super ekstrim di perusahaan ini. Tapi kenangan cinta ini ternyata hanya tinggal kenangan dan hanya sebagai bagian dari masa lalu saya. (dari kisah cinta super ekstrim inilah saya terinspirasi menulis Destiny).

Saya bekerja selama 3 tahun di perusahaan furniture ini. Setahun sebelumnya saya telah menapak satu fase lagi dari kehidupan manusia yaitu menikah dan berumah tangga. Coba Anda kembali menebaknya, kira-kira bagaimana saya bertemu istri saya? yes! you're absolutely alright! Saya bertemu dengan Tutut di MiRC "The Most Effective Chatting Media". Sangat sensasional saya kira. Tapi saya sangat yakin bahwa selain saya, masih ada jutaan orang yang menemukan pasangan hidupnya dari internet. So? what the Internet can't do for you?



Sebelas bulan setelah menikah, kehidupan saya berlanjut menapaki satu fase lebih tinggi, yaitu menjadi seorang ayah dari bayi laki-laki yang lucu dan sehat. Saya memberi dia nama Yonas Satyatma Suwono. Yonas adalah nama lain dari nabi Yunus, Satyatma memiliki arti Kecerdasan yang tulus, sedangkan Suwono adalah nama belakang saya yang memiliki arti hutan ilmu pengetahuan. Sehingga nama anak pertama saya adalah wujud doa saya agar kelak dia menjadi pemimpin yang cerdas dan berhati tulus.

Mungkin beberapa orang jawa yang feodal akan berpendapat bahwa nama anak saya terlalu tinggi alias "Kabotan Jeneng" seperti nama saya yang juga memiliki arti terlalu tinggi. Tapi jika saya mampu menyandang nama Joko Suwono, maka nama itu sebenarnya telah menjelma dalam diri saya. Mau tau buktinya? Joko berarti Pemuda atau bisa berarti pula awet muda, uniknya memang hampir semua orang yang bernama Joko pasti terlihat 5 tahun lebih muda dari umur sebenarnya (ini terbukti pada saya...hekekekekk.. narsis!). Suwono memiliki arti hutan ilmu pengetahuan (bukannya sombong sih, meskipun saya tidak cerdas-cerdas amat tapi saya juga tidak bodoh-bodoh amat??standar dong??)

Well jika Anda tidak percaya silakan cek di search engine google, lalu ketik key word "makna nama" maka akan muncul ratusan link yang dapat Anda akses. Jika Anda telah menemukan situs yang sesuai, kini tinggal Anda ketik Joko Suwono maka informasi yang tertera akan sama seperti yang saya kemukakan diatas (Anda pasti berpikir...siapa loe? situ oke?!)

Back to my career background!.. Sebulan setelah kelahiran Yonas, saya mendapat tuntutan keluarga untuk ikut merawat Yonas, apalagi jagoan kecil saya ini masih terlalu rentan terhadap penyakit, dalam sebulan saja Yonas sudah harus diperiksa ke dokter spesialis anak karena nafasnya yang berat...belum lagi frekuensi ngompolnya yang tinggi. Yonas memang peminum ASI yang kuat dan untungnya sang mama tak ada masalah dengan produksi ASi-nya. Bagus deh!

Capek juga merawat bayi, setiap saat saya dan istri terbangun di tengah malam karena Yonas ngebet nenen. Tapi emang ASI bagus banget buat perkembangannya. Sekarang umurnya sudah 2 bulan dan beratnya sudah 7kg! nafasnya yang berat juga sudah kembali normal.Yonas memang membutuhkan perhatian ekstra dan itulah yang membuat saya memutuskan resign dari Perusahaan Furniture setelah saya menjadi karyawan tetap selama 3 tahun.

Banyak rekan-rekan saya yang menganggap saya ceroboh dalam mengambil keputusan, apalagi ini menyangkut sumber nafkah. Tapi saya berpikir inilah hal terbaik bagi saya. 3 Tahun menetap di surabaya yang super polusi bukan perkara yang mudah, sejujurnya itu sangat membuat saya jenuh, mematikan kreatifitas saya. Saya pikir dengan pulang ke kampung istri dan merawat Yonas adalah rekreasi paling berharga dan mampu memulihkan kepenatan saya. Anda pernah merasakan tubuh Anda sangat lelah, tapi hati tetap bahagia??itulah yang saya rasakan saat ini.

My Child is Miracle!

Internet memang serba bisa, dia bisa memberikan kesenangan, dia bisa memberikan Anda pekerjaan dan bahkan internet juga mampu mempertemukan Anda dengan sosok yang dapat Anda cintai dan menjadi pasangan hidup Anda! tapi saya berani menjamin inilah satu-satunya yang tidak dapat Internet berikan kepada Anda, yaitu cinta Anda kepada anak kandung yang telah hadir di dunia ini dan memberikan kebahagiaan sempurna buat Anda...(meskipun internet turut ambil bagian sih...)

**NB: Buat yang masih lajang, buruan cari jodoh! temukan pasangan hidupmu di internet. Jodoh memang di tangan Tuhan, tapi Dia memberikanmu berjuta cara untuk menemukan jodohmu, salah satunya dengan...

Internet!

kalo sudah married, gak perlu menunda kehamilan deh, kehadiran seorang anak dari darah dagingmu sendiri akan memberikanmu kebahagiaan paling sempurna, percaya deh!


Jumat, 11 Juli 2008

Destiny


Sore yang suram, aku melihat sosok gadis yang aku cintai melangkah menuju pelataran rumah. Seperti biasa dadaku selalu berdegub tak beraturan saat aku memandang sosoknya. Aku yang memandangnya melalui kaca jendela segera beranjak dari sofa di ruang tamu dan menghampirinya.
“Kenapa kamu datang kesini tanpa memberi tahu aku?”tanyaku penasaran. Tanganku segera meraih lengannya namun segera ditepisnya. Aku melihat air mukanya menandakan kegalauan teramat sangat. Aku mengenalnya dengan sangat baik dan bahkan mungkin aku tahu isi hatinya.
“Pamanmu ada?”tanya dia dengan nada dingin.
“Emangnya ada apa kamu mencari paman?”tanyaku lagi
“Aku kesini karena undangan pamanmu…”jawabnya datar, jawaban itu semakin membuatku bertanya-tanya.
Benar-benar sore yang aneh dan kikuk, padahal sehari sebelumnya kami sangat mesra. Kemarin aku menghabiskan sore yang jingga bersamanya, kami berjalan perlahan menyusuri pedestarian jalan pajajaran hingga tanpa terasa langkah kami berujung di taman peranginan yang mungil. Di sekeliling kami ada beberapa pasang remaja yang juga menikmati sore seperti kami, sore yang lengang membuatku terbawa suasana, sebelumnya aku tak pernah menikmati suasana romantis seperti ini hingga akhirnya aku mengenal gadis cantik bermata sipit ini.
----------------------
Kami duduk berdua di bangku taman yang mungil, aku memandangnya semua yang ada pada dirinya, kulihat setiap gerak bibirnya yang mungil saat dia melontarkan gurauan yang tak asing bagiku. Aku memang tak berkonsentrasi dengan gurauan-gurauan tua itu karena aku sudah pernah mendengar sebelumnya, tapi aku bahagia saat memandang pancaran wajahnya yang berseri, aku ikut tertawa saat dia mentertawakan gurauannya sendiri.
Aku memandangnya dengan cinta yang tulus, saat dia masih tertawa tanpa dia sadari tanganku membelai rambutnya, dia terkesiap, "apaan sih???" tapi kemudian dia terdiam dan memandang wajahku. Kini kulihat pipi yang bersemu merah itu...
"Tau gak? aku adalah lelaki paling bahagia di dunia ini..."kataku padanya. Dia salah tingkah mendengar ucapanku, pipinya semakin merona merah.
"Kamu semakin cantik jika sedang malu.."candaku sekaligus pujian untuknya.
Dia semakin serba-salah, sehingga dia menutup wajah dengan kedua tangannya, "malu tau..."
"Ngapain harus malu?"sanggahku, tanganku masih mengelus rambut merahnya yang sebahu.
"Kamu adalah wanita tercantik yang mengisi hari-hariku..."kataku, kini tanganku mengelus pipinya yang halus.
Dia terdiam dan matanya menatapku penuh perasaan, "Aku sayang banget sama kamu..."katanya, saat itu aku bagai melambung ke awan.
Wajahku sangat dekat dengan wajah cantiknya, sore yang mulai beranjak gelap tak mampu mengusir kami dari romansa ini, aku mencium bibirnya yang mungil dan cantik...jantungku bergejolak dipenuhi cinta, tapi bukan nafsu...
Dia mencoba menghentikan ciuman yang mesra itu, "sudah ah, malu kan kalo diliat orang??"
Aku melihat ke sekeliling, "bukannya banyak pasangan lain yang juga seperti kita?"sanggahku.
"Ya tapi tetep aja gak sopan kan?" jawabnya.
Aku terdiam mendengar jawabannya yang mengena itu, kalau dipikir-pikir keterlaluan juga aku sampai-sampai berciuman di tempat umum.
"Iya juga sih.."kataku sambil menggaruk kepala.
"Tuh kan, nyadar.."celetuknya sambil tersenyum,
"kalo kamu lagi garukin kepala, aku jadi ingat ragunan deh..."sambil berkata begitu, dia cekikikan.
"Maksudmu?"aku masih belum sadar maksud perkataannya. tapi sesaat kemudian aku sadar yang dia maksud adalah aku mirip monyet.
"Enak aja aku disamain monyet!" seruku saat menyadari maksud ucapannya, dia makin tertawa cekikikan.
"Gwe jitak loe!" kataku, tangan kiriku meraih bahunya agar merapat padaku, sedangkan tangan kananku mulai menjitaki kepalanya.
"Ampun..ampun..."dia merajuk. Akupun berhenti menjitakinya, tubuh kami sangat dekat seolah tak ada lagi jarak. Jantungku kembali berdesir saat menyadari ada aliran aneh merambati tubuhku. Kami terdiam cukup lama.
"I love you, honey..."bisiknya, aku bahagia mendengar bisikan itu.
"I love you too..." jawabku.
----------------
Hari mulai merambat malam, taman peranginan mulai sepi. Angin malam mulai terasa dingin menembus kulit. Sepertinya sudah saatnya kami beranjak dari taman ini.
"Terima kasih honey, kamu membuatku bahagia hari ini, besok aku udah mulai kerja lagi,"katanya kepadaku, jemarinya yang halus meraih tanganku dan mengajakku beranjak dari taman peranginan.
Sepertinya ada yang hilang saat aku menyadari bahwa tak lama lagi aku harus mengakhiri kebersamaan yang romantis ini.
"Kenapa waktu begitu cepat berlalu?"keluhku.
"Padahal aku masih sangat merindukanmu."
"Sudahlah sayang, kan masih ada esok?"katanya menenangkan gundahku.
"Tapi kita takkan pernah tau yang akan terjadi esok..."
Dia terdiam dan memahami apa maksud perkataanku itu. Tiba-tiba air mata menetes di pipinya, aku terkejut saat melihatnya menangis.
"Kenapa sayang..."tanyaku sambil mengusap air mata dari pipinya.
"Waktu kamu berkata seperti itu, aku merasa bahwa tak lama lagi kita akan berpisah..."ucapnya terbata-bata, aku tahu hatinya menahan perasaan yang teramat sangat.
"Aku berjanji takkan meninggalkanmu."kataku mencoba menenangkan isak tangisnya.
"Terima kasih honey, kau menenangkan hatiku."katanya, dia mulai tenang meskipun ucapannya masih agak terbata-bata karena isak tangisnya.
Aku segera meraih ujung tangannya, kami melangkah meninggalkan taman peranginan yang telah sepi. Kami kembali berjalan menyusuri pedestarian jalan pajajaran, hingga sampailah kami di ujung jalan.
Hatiku terasa sangat tidak nyaman, karena sesaat lagi dia akan pergi.
"Kenapa saat bersamamu waktu terasa sangat cepat berputar, tapi saat tak bersamamu waktu malah berjalan melambat..." kataku padanya, aku memeluknya dengan penuh cinta.
"Itu tandanya kamu memang cinta aku, sayang..." bisiknya.
"Emang iya??bukannya kamu yang cinta aku??"godaku.
"Iiihh..PeDe banget sih???"protesnya.
"Auuuh..."aku merintih kesakitan saat jemarinya dengan keras mencubit pinggangku.
"Iya deh aku yang cinta kamu, tapi kamu juga cinta aku kan??" kataku memenangkan hatinya.
Dia tersenyum manis....hingga akhirnya angkot 07 tepat berhenti di depan kami.
"Aku pulang dulu sayang..."katanya, tangannya meraih tangan kananku dan dia arahkan ke bibirnya...dia mencium tanganku seperti seorang istri yang setia pada suaminya.
Jantungku berkesiap dengan sanjungan itu, tak pernah ada perempuan yang sangat menghargaiku selain dirinya.
Sesaat kemudian bibirku mendekati keningnya dan kukecup keningnya dengan penuh perasaan.
"Hati-hati ya..."kataku.
"Kamu juga ya.." balasnya, sementara orang-orang yang ada di dalam angkot tersenyum melihat kemesraan kami.
-------------------
Kini aku berdiri sendirian di ujung jalan pajajaran, aku mulai akrab dengan jalan ini, jalan yang legendaris bagi remaja-remaja kota bogor menghabiskan sorenya disini. Kota Bogor yang sejuk dan hijau membuatku tak ingin segera pulang. Aku mencintai kota ini, karena di kota inilah aku bertemu dengan gadis cantik bermata sipit yang kini mengisi hatiku.
Hari ini adalah hari ketujuh aku mengambil cuti kantor, masih ada 3 hari tersisa sebelum akhirnya aku harus kembali ke Surabaya yang pengap dan kotor. Seandainya kantorku mengijinkan aku mutasi ke kota Bogor pasti aku akan sangat bahagia, karena aku bisa dengan leluasa bertemu dengannya tanpa dibatasi ijin cuti.
Tapi kenyataan berkata lain, karena aku harus merelakan tak bertemu dengannya untuk 3 bulan kemudian, sebelumnya akhirnya hari libur nasional mengantarku kembali ke kota Bogor ini.
Menghabiskan waktu tanpa bersamanya sungguh terasa berat bagiku, tapi aku harus menerima kenyataan ini dan itulah konsekuensi yang harus aku terima jika menjalin cinta long distance.
Angkot menuju stasiun Bogor mulai tidak terlihat melintasi jalan pajajaran.
"Gawat! bisa ketinggalan KRL ke Depok nih!" batinku, aku mulai panik saat melihat jam di handphone menunjuk angka 20.30. Tapi untungnya tak berapa lama angkot yang aku maksud mulai terlihat dari kejauhan, lega rasanya.
Saat angkot hijau itu telah berhenti di depanku, tanpa menunggu lebih lama aku segera naik ke dalamnya. "Semoga saja masih ada KRL ke Depok.."batinku.
Sepanjang perjalanan menuju stasiun Depok, pikiranku masih saja tertuju padanya. Kecantikannya membuat jantungku tak bisa tenang, desir-desir itu masih kurasakan saat aku mengingat ciuman kami yang hangat.
"Terakhir!yang terakhir! stasiun Bogor!" teriakan kernet angkot hijau itu membuyarkan lamunanku.
"Ternyata sudah sampai di stasiun Bogor..." batinku.
Tak perlu waktu lama untuk menuju loket stasiun, karcis seharga 1500 perak telah aku genggam, untunglah masih ada KRL menuju Depok. Kulangkahkah kakiku menuju peron stasiun, masih ada kesibukan di stasiun tua ini, penjual asongan berseliweran menjajakan rokok dan minuman dingin. Semua bangku peron terisi penuh oleh orang-orang berwajah lelah, mereka terlihat mengantuk , ingin segera tiba di rumah dan mengharapkan tidur yang pulas, mereka sama seperti aku...
Sejenak kuarahkan pandanganku pada sebuah mushola kecil di sudut stasiun, aku tersenyum simpul, ada kenangan sangat berkesan bersamanya di mushola mungil ini. Untuk pertama kalinya aku mengajaknya sholat bersama di mushola ini.
Ruangan mushola yang mungil ini dipisahkan oleh selembar kain hijab yang membatasi shaf lelaki dan shaf perempuan. Di mushola inilah untuk pertama kalinya dia mengenakan mukena di depanku dan aku terpesona karenanya. Kain panjang putih berenda itu menutupi sekujur tubuhnya, wajahnya yang berkulit putih semakin terlihat cerah saat dia mengenakan mukena panjang itu.
Sungguh aku terpesona dengan kecantikannya...aku seperti melihat bidadari di depanku dan dia hadir menemani hariku...
"Kamu semakin cantik dengan mukena itu.."pujiku pada waktu itu.
Mendengar pujian itu dia tersenyum malu, "Udah ah!jangan ngrayu terus, kapan sholatnya?"
Suasana saat itu sungguh membuat hatiku merasa tentram, beberapa bapak-bapak yang juga sholat di mushola mungil ini terlihat ramah dan berbusana bersih, ternyata masih ada orang-orang sibuk yang masih punya waktu untuk sholat. Mereka tersenyum melihat kami, tak ada prasangka buruk mereka terhadap kami, mereka melihat kami seperti pasangan suami istri yang sedang berbulan madu...

---------------
“Perhatian, untuk penumpang jurusan Jakarta kota, sepur berada di jalur satu…”suara pengumunan dari speaker stasiun bogor membuyarkan lamunanku, aku segera mempersiapkan diri karena dari jarak 30 meter aku telah melihat lokomotif KRL semakin mendekat di jalur satu. Seluruh calon penumpang jurusan Jakarta kota berduyun-duyun mendekati jalur satu. Yah…mereka tentu ingin secepatnya masuk ke gerbong KRL dan berharap mendapatkan tempat duduk, mereka berpikiran sama seperti aku…
Untunglah penumpang KRL malam ini tidak terlalu padat, sehingga aku segera mendapatkan tempat duduk yang nyaman.
Roda gerbong yang berjalan menyusuri rel menimbulkan suara tersendiri yang sangat khas seperti alunan musik. Aku segera terhanyut dengan pikiranku sendiri, di gerbong KRL ini aku juga memiliki kenangan indah bersamanya. Aku teringat saat pertemuan pertama kali kami di ITC Depok dan dia mengajakku ke kotanya. Di stasiun Depok Baru kami menunggu KRL menuju kota Bogor. Sore hari yang padat oleh orang-orang yang pulang kerja tak menyisakan banyak ruang di gerbong KRL. Kami berdiri bersama ratusan orang lainnya, saat itulah untuk pertama kalinya aku memeluk tubuhnya. Kupegang erat pinggangnya dengan tangan kananku, sementara tangan kiriku berpegangan pada hanger gerbong. Tubuh kami saling merapat tanpa ada jarak, aku merasa cukup gerah mendengar celetukan gadis-gadis SMU yang terlihat iri dengan kemesraan kami.
“Mereka pasti ngomongin kita..”keluhku.
“Cuek aja, bukan urusan mereka…”jawabnya dengan tenang, meski demikian aku masih rikuh dengan celetukan mereka.
Tanpa kusadari aliran hawa hangat menyusup ke dadaku, terasa sesak namun membuatku bahagia. Ternyata masih beberapa menit berpisah darinya rasa rindu kembali bergelayut. Aku merasa tersiksa dengan keadaan ini, aku ingin setiap waktu bersamanya, mengapa hal ini sepertinya mustahil bagiku…
“Yang dingin, yang dingin!!” suara lantang bocah asongan menjajakan dagangannya.
“Aqua gelas satu jang!” seruku kepada bocah berbaju kumal itu. Dia berhenti di depanku dan segera mengulurkan segelas air mineral dingin seperti yang kumaksud.
“lima ratus perak aja bang..”kata bocah itu dengan senyuman. Kurogoh uang receh lima ratusan dan segera kuserahkan ke bocah asongan itu.
“Makasih bang…”lalu bocah itu segera berlalu mencari pembeli lainnya.
Aku meneguk air dingin yang tawar itu dengan pelahan, kerongkonganku terasa segar, dadaku pun mulai terasa lega tidak lagi terasa sesak karena membayangkan dirinya.
KRL terus melaju dengan kencang, hingga tanpa terasa KRL jurusan Jakarta Kota telah berhenti di stasiun UI Depok. Aku beranjak dari tempat dudukku dan segera keluar dari gerbong KRL.
Stasiun UI terlihat sangat lengang di malam hari, hanya ada beberapa mahasiswa yang terlihat sibuk di dalam ruangan kios rental computer. Aku berjalan menuju jalan raya Depok, aku melewati gang-gang sempit sebelum akhirnya aku sampai di pinggir jalan raya.
Lalu lintas malam itu masih terlihat ramai, tak butuh waktu lama untuk menunggu hingga akhirnya angkot jurusan kampung rambutan berhenti di depanku.
“Kemana mas?”tanya kernet.
“Akses UI gang areman bang..”jawabku singkat sambil kuserahkan dua lembar uang ribuan.
Di dalam angkot hanya ada aku dan dua mahasiswa yang terlihat seperti sepasang kekasih. Aku melirik ke arah perut si perempuan yang terlihat membuncit. Sepertinya dia sedang hamil 4 bulan.
Aku mengalihkan perhatianku ke jalan raya sambil kunikmati hembusan angin malam. Aku menghela nafas panjang…seperti inikah gaya berpacaran anak muda sekarang? Namun aku memakluminya karena hal itu bisa juga terjadi padaku dan dirinya. Aku menyadari jika aku bukanlah lelaki alim seperti yang dipikirkan orang lain…
Jam telah menunjukkan 23.00, sudah sangat larut bagiku untuk pulang ke rumah pamanku di kelapa dua. Tapi tak ada pilihan selain membuat alasan kepada pamanku.
Angkot berwarna biru tua itu telah berhenti di depan gang areman, aku melangkah keluar dari angkot dan kini telah ada di sisi jalan akses UI Depok. Jantungku berdegub kencang karena tinggal beberapa puluh meter lagi aku sampai di rumah pamanku. Aku bisa menduga bahwa pamanku pasti sangat jengkel dengan kelakuanku 7 hari belakangan ini.
Terus terang beliau adalah satu-satunya kerabatku yang tinggal di Depok, maka saat aku memutuskan menemui gadis Bogor itu, rumah pamanlah yang menjadi tempat singgahku.
“Assalamu’alaikum..”aku mengucap salam sambil mengetuk pintu, selang beberapa saat kemudian pintu utama terbuka.
“Kemana saja kamu…”Tanya pamanku, aku melihat raut mukanya menunjukkan ketidaksenangan.
Dengan gelagapan aku menjawab sejujurnya bahwa aku menghabiskan waktu di kota Bogor. Aku juga mengatakan bahwa sejak jam 9 malam aku sudah berada di KRL menuju Depok, pamanku menyadari bahwa jarak tempuh Bogor-Depok cukup jauh.
“Ya sudah, sekarang kamu istirahat dulu, besok kita lanjutkan pembicaraan…”tukas pamanku dengan datar.
Dengan sangat kikuk aku melangkah memasuki ruangan rumah yang luas itu dan segera menuju kamar tidur tamu.(bersambung)

Kamis, 10 Juli 2008

Jurang

Malam ini terasa seperti malam-malam sebelumnya, gerah dan pengap oleh asap pekat bercampur hawa panas dari knalpot bis-bis yang silih berganti datang dan pergi di terminal antar kota yang kian menua ini.
"Masih kurang berapa orang lagi Jan?"tanyaku pada kenek bernama Januar itu.
"Masih kurang banyak kang..."keluh si Januar.
"Yo wis lah...5 lima menit lagi kita narik.."tukasku sambil menyeruput kopi panas yang tinggal separuh.
Beginilah nasib seorang sopir bis antar kota seperti aku dalam menjalani malam demi malam yang tidak jelas. Jumlah penumpang selalu saja berkurang setiap harinya sehingga membuat pendapatan harian juga menurun hari demi hari.
Teringat lagi aku oleh istri yang mengeluh dengan uang belanja yang mulai berkurang, "Mas..tolong usahakan uang belanja ya...malu aku sama warung...sudah sebulan ini utang belanja ditagih terus..."
Istriku masih menatapku yang berbaring kelelahan di sisi tubuhnya. Dia membalikkan tubuhnya dan membelakangiku, mataku masih terpejam mencoba menuju alam tidur namun sayup-sayup terdengar isak tangis istriku.
"Kenapa menangis ma..?"tanyaku seraya melihat tubuh istriku yang menghadap tembok kamar.
"kenapa hidup kita tidak berubah sedikitpun mas?kenapa?"tanya istriku dalam isak tangisnya.
"Sudah 4 tahun ini sejak kamu di-PHK, kita hidup seperti ini terus..."
"Bersabarlah ma...aku juga tak mau hidup seperti ini terus.."jawabku.
"Kamu tidak harus jadi sopir bis antar kota kan?pengalaman kerjamu bisa membuatmu dapat pekerjaan lebih dari itu.."kata istriku lirih.
Memang banyak orang yang menyayangkan pekerjaanku sebagai seorang sopir, sebelumnya aku adalah seorang pegawai di salah satu perusahaan swasta yang akhirnya mem-PHK beberapa ratus karyawannya termasuk aku. Orang boleh saja berkomentar dengan pekerjaanku sekarang ini, tentunya mereka hanya bisa berkomentar tanpa pernah tahu betapa susahnya aku mencari pekerjaan pengganti setelah di-PHK.
Menjadi seorang sopir sebenarnya bukan pilihanku, aku sendiri tak begitu ingat awalnya aku mendapat pekerjaan ini. Seorang teman masa kecilku secara kebetulan bertemu denganku di bis kota yang aku tumpangi, ketika aku hendak mendatangi interview di sebuah perusahaan garmen. Tak disangka dia adalah sopir bis kota itu, kamipun terlibat perbincangan dan ujung-ujungnya dialah yang menawariku bekerja sebagai seorang sopir bis.
"Kang...bisnya udah lumayan, tinggal 5 kursi lagi..."tegur Januar membuyarkan lamunanku.
"Yo wis...kita berangkat sekarang.."aku segera beranjak dari bangku warung kopi yang biasa dijadikan tempat nongkrong para sopir bis seperti aku.
Sejurus kemudian aku telah menaiki kendaraan yang besar itu, segera setelah duduk di kursi kemudi aku menyalakan mesin bis. Sekilas dari kaca spion yang ada diatasku aku melihat wajah-wajah kelelahan sekaligus lega karena bis akan segera melaju.
-----------------
Bis yang aku kemudikan berjalan merambat di belakang bis lain sebelum akhirnya harus meninggalkan gerbang terminal. Sama seperti malam sebelumnya, calon penumpang tak begitu banyak mengunjungi terminal tua ini. Suara-suara lantang para calo mulai melirih, aku melihat beberapa diantara mereka menyudut sambil menghitung setiap lembar uang ribuan dan recehan dari saku celananya. Ada sedikit kelegaan terpancar di wajah mereka, rejeki hari ini sedikit seret tapi tak apalah masih ada uang yang bisa dibawa pulang.
Yah...mereka sama seperti aku, menjadi orang-orang jalanan yang mengais rejeki di terminal antar kota yang kian merenta ini. Apakah ini pilihan hidup? aku meragukannya, sebab mana mungkin mereka memilih bergelut dengan asap bis-bis dan terkadang harus berkelahi hanya untuk memperebutkan seorang penumpang, bahkan seringkali beberapa diantara mereka harus meregang nyawa hanya untuk berebut beberapa lembar uang seribuan.
Apakah sedemikian murahnya nyawa orang-orang jalanan? Tentu ini bukanlah pilihan hidup mereka. Semua manusia pastinya menginginkan kemapanan dalam hidupnya, memiliki sebuah pekerjaan yang menjamin hari tua, punya banyak waktu untuk menikmati hidup dan bersenang-senang dan juga… ahh apakah semua itu hanya mimpi yang takkan pernah terwujud nyata?
Barangkali inilah yang disebut jalan hidup, jalan yang harus kita tempuh tanpa pernah tahu akan berujung kemana, jalan yang terkadang terasa menyenangkan dan juga jalan yang seringkali dipenuhi lubang dan kerikil tajam yang memaksa kita berjuang lebih keras dari biasanya. Inilah jalan yang harus aku hadapi sekarang, siapa yang akan menyangka seorang karyawan swasta tiba-tiba menjadi seorang sopir bis antar kota, tapi mengeluh sekarangpun takkan ada gunanya, karena apapun yang terjadi aku masih memiliki anak dan istri yang menjadi tanggungjawabku.
Tak mungkin aku menyerah pada hidup yang semakin terasa berat ini., harus tetap ada nasi di rumahku dan harus tetap ada uang untuk membayar sekolah anakku yang kini masih di bangku taman kanak-kanak. Meskipun seringkali aku merasa skeptis pada pendidikan di negeri ini, karena ternyata pendidikan tinggi tak menjamin akan mendapatkan pekerjaan yang mapan. Sesal terkadang menghampiriku, mengapa dulu aku harus berjuang mempertahankan kuliahku demi mendapatkan gelar Diploma III politeknik jika akhirnya pekerjaan yang aku dapatkan kini tak sebanding dengan titel Ahli Madya-ku.
Apakah ada yang salah dengan negeri ini? ataukah malah aku yang salah? Seperti istriku yang selalu menyalahkanku bahwa aku kurang berusaha, kurang tekun mengajukan surat lamaran ke banyak perusahaan dan lebih memilih menjadi seorang sopir.
Bukan, bukan aku yang salah, karena kenyataannya sudah terlalu banyak surat lamaran yang aku kirimkan, ada beberapa yang mengundang wawacara, tapi ternyata ujung-ujungnya bukan aku yang diterima karja. Jika aku belum direkrut menjadi karyawan apakah aku harus protes pada perusahaan-perusahaan itu? Merekalah yang punya kuasa, merekalah yang mempunyai kekuatan memilih, jika aku bukan pilihan mereka lalu aku bisa berbuat apa?
“Yang turun terminal Kediri..!!persiapan..!!”suara lantang Januar kembali membuyarkan lamunanku, ternyata sudah seperempat perjalanan aku mengemudikan bis antar kota ini. Beberapa menit bis berhenti di terminal Kediri, aku menyempatkan membasuh keringat diwajahku dengan selembar handuk kecil basah, ahh..terasa sedikit berkurang kepenatan yang aku rasakan. Ada beberapa penumpang yang turun dari bis namun bangku yang kosong segera terisi kembali oleh penumpang dari terminal ini.
“Wah, lumayan bang!penumpangnya nambah 6 orang!!”kata Januar kegirangan.
“Ya begitulah yang namanya rejeki Jan, sudah diatur Yang Diatas..”tukasku pada Januar dan dia terlihat senang.
Tak berapa lama transit di terminal Kediri, aku segera menginjak pedal gas dan bis antar kota yang aku kemudikan pun segera melaju melanjutkan perjalanan.
Sekilas aku menatap kaca spion diatasku, terlihat mukaku yang semakin tirus dan berminyak saja. Padahal sewaktu masih menjadi karyawan swasta penampilanku tidak sekumuh ini, setiap berangkat kerja aku selalu mengenakan kemeja rapi dan licin. Kini kemeja-kemeja itu masih aku pakai, tapi tentu saja karena terlalu sering bermandikan keringat, kemeja-kemeja tersebut sudah terlihat sangat lusuh dan warnanyapun telah memudar.
Ah..sekarang bagiku tidak terlalu penting memperhatikan penampilan, toh aku sudah memiliki seorang istri dan dua orang anak yang lucu-lucu. Yang terpenting bagiku adalah bagaimana bisa pulang ke rumah dengan membawa uang sehingga istriku bisa membayar utang di warung, aku pun bisa memeluk anak-anakku dan ikut bermain bersama mereka.
Memang bagi seorang lelaki yang sudah menikah, dekat dengan anak istri selalu terasa begitu menyenangkan dan membuat hati tentram. Lupa sudah segala kelelahan menyupir bis antar kota, lupa pula kesedihan karena penumpang yang sepi. Haha…lucu juga jika membandingkan aku yang dulu dan aku yang sekarang, dulu semuanya terasa sangat mudah terbeli. Ketika menjadi karyawan aku selalu punya waktu untuk merawat diri di salon meskipun sekedar potong rambut dan perawatan muka, tak mengherankan jika aku punya kepercayaan diri yang besar untuk merayu para gadis di kantorku, dan yang membanggakan ternyata sebagian besar dari mereka terpikat rayuanku. Salah satunya adalah Asih yang kini menjadi istriku dan kamipun menikah lima tahun yang lalu. Namun kebijakan perusahaan melarang suami istri bekerja dalam satu kantor, sehingga akhirnya istriku lebih memilih mengundurkan diri dan menjadi ibu rumah tangga.
Ternyata keberuntungan tidak menghinggapi keluarga baruku, satu tahun setelah menikah, perusahaan tempatku bekerja mengurangi jumlah karyawannya dan akupun masuk daftar karyawan yang di-PHK, aku tak bisa berbuat banyak dengan keputusan sepihak ini. Seperti biasa, pihak perusahaan selalu menggunakan kebijakan manajemen sebagai senjata mereka.
Aku mendapat pesangon yang tak seberapa besar dan berharap uang itu dapat menopang hidup keluargaku untuk beberapa saat, namun tetap saja kondisi ekonomi keluarga baruku tidak semakin baik dan sejak saat itulah hidupku berubah 180 derajat. Uang terasa sangat susah didapat, bahkan sering kali pula selama beberapa hari aku tak punya sepeser uangpun untuk kuberikan pada istriku, saldo tabunganku pun akhirnya tak bersisa lagi.
Di saat aku berpikir jalan telah benar-benar buntu, tawaran menjadi sopir bis dari teman masa kecil tak aku sia-siakan dan jadilah aku seperti sekarang ini.
-----------------------
Bis yang aku kendarai terus melaju menembus malam yang semakin pekat. Ahh..sungguh melelahkan pekerjaan ini, sesekali aku menguap karena rasa kantuk yang mulai menyerang. Aneh…mengapa malam ini terasa kurang mengenakkan bagiku? Padahal aku sudah menyeruput segelas penuh kopi kental ditambah lagi minuman energi yang seharusnya membuatku terjaga sepanjang malam hingga pagi menjelang.
Mataku terasa memberat, seakan-akan bulu-bulu mataku digantungi bandul besi 1 kilogram. Aku melirik pada kenekku si Januar, ternyata dia juga terlihat terkantuk-kantuk, aku merasa geli sendiri melihat kepalanya yang pelahan-lahan menunduk kemudian tiba-tiba tegak kembali sementara kedua matanya setengah terpejam, hahaha… seringkali pula kepalanya hampir terantuk kaca depan bis.
“Hahahaha…malam masih panjang Jan! Jangan molor duluan...ntar aku potong bayaran kau!” tegurku sambil tertawa.
”Ehh uh...abisnya ngantuk buanget kang, mata ini kayaknya gak mau diajak kerjasama!” sanggah Januar membela diri, tangannya kemudian meraih botol air mineral dan diteguknya air itu agar kantuk menghilang.
”Hoy, jangan kau habiskan sendiri air itu, aku juga butuh..”sergahku dan sejurus kemudian botol air mineral itu telah berpindah di tanganku. Terasa segar tenggorokan ini terbasuh air dingin, untuk sesaat aku bisa mengusir kantukku.
Aku kembali berkonsentrasi menyetir bis kota dengan kecepatan stabil. Rute yang aku lalui selalu sama sejak empat tahun yang lalu dan aku sudah sangat hapal dengan jalan raya ini. Jalan yang sama yang dilalui ratusan bahkan ribuan kendaraan setiap harinya, semua melaju membawa urusan mereka masing-masing, semuanya seolah berlomba dengan waktu dan semuanya mencari penghidupan, sama seperti aku.
Kantuk kembali menyergapku membabi-buta, aneh tak biasanya aku sengantuk ini, apa mungkin kopi yang aku minum sewaktu di warung terminal tadi bukan kopi murni?
Bodoh! Kenapa aku mengharapkan kopi murni dari segelas kopi seharga seribuan? Apalagi sekarang sembako naik harga gila-gilaan, bisa bangkrut ibu pemilik warung kalau terus menjual kopi murni kepada sopir semacam aku ini. Aku berusaha melawan kantuk yang makin membuat mataku terasa berat, konsentrasi menyetirku semakin membuyar, aku juga merasa sesekali aku menginjak gas terlalu dalam sehingga bus melaju lebih kencang dari sebelumnya.
”Deeggg!!!” jantungku seolah meloncat dari dada saat tiba-tiba seorang anak kecil berlari menyeberangi jalan raya, anak kecil berbaju putih itu berjarak teramat dekat dengan moncong bus yang aku kemudikan.
Tak ayal kejadian yang sangat tiba-tiba itu memaksaku mengerem dan membanting stir sekuat-kuatnya agar anak kecil itu tak terlindas bus, namun...
”ciiiiitttt...ciiittt!!! braaaaakkk!!!”bus yang aku kemudikan menikung sangat tajam membuat badan bus hilang keseimbangan.
”Ya Tuhan!!!apa yang telah aku lakukan!!!” aku sangat panik saat menyadari dunia berjungkir balik berkali-kali.Sekilas aku menoleh ke arah para penumpang dan melihat kepanikan mereka, beberapa dari mereka berteriak histeris sambil menyebut nama Tuhan. Aku mendapati banyak penumpang yang tubuhnya terlempar karena hentakan bus yang telah kehilangan keseimbangannya.
Bus yang aku kemudikan terguling beberapa kali hingga akhirnya terseret beberapa meter jauhnya, sebelum akhirnya menjebol pagar baja pembatas hingga bus berisi 40 manusia itu jatuh ke dalam jurang!!
Bus kembali terguling berkali-kali, ”Praaanggg...!” kaca depan bus dan kaca-kaca samping telah hancur berderai menjadi kepingan-kepingan kecil.
”Kang!! Bagaimana ini!!!mati aku!!!” Januar yang sedari tadi panik menjadi semakin panik, tapi aku tak dapat berbuat apa-apa, kekuatan gravitasi jauh melebihi kemampuanku sebagai manusia biasa.
Tebing jurang yang sangat curam membuat bus yang telah ringsek itu terus berguling menuju ke dasar jurang. Aku masih ingin hidup!!aku tak mau mati disini! Secara reflek aku mencoba mencari peluang agar bertahan hidup. Jendela depan bus telah menganga lebar tak lagi dilindungi kaca tebal, aku melihat Januar berpikiran sama denganku, kami memang memiliki peluang hidup lebih besar dibandingkan penumpang bus lainnya. Seketika itu juga dalam waktu hampir bersamaan aku dan Januar melompati jendela depan bus dan keluar dari dalam bus yang mulai memercikkan bunga api akibat korsleting.
Saat badanku menyentuh tanah aku tak tahu telah terguling berapa kali, berkali-kali pula kulit badanku tergores bebatuan yang muncul dari permukaan tebing, beberapa bagian tubuhku tersayat cukup dalam hingga mengucurkan darah segar yang lumayan deras.
Aku tak peduli dengan luka-luka sayatan bebatuan itu, yang terpikir dalam benakku saat ini adalah bagaimana agar tetap hidup.
”Uuuugghhh!!!” perutku terasa bagaikan dihujam tinju seorang petinju kelas berat saat tubuhku menghantam sebuah batu besar di permukaan tebing. Sakit sekali rasanya tubuh ini, aku juga merasakan beberapa tulang rusukku patah akibat hantaman batu besar itu. Sesaat kemudian aku berusaha bangkit dan mencoba memulihkan kesadaranku, kepalaku terasa sangat pusing dan berat.
---------------------------
Malam yang semakin pekat untuk beberapa saat berubah menjadi terang benderang dan hawa panas menyelimuti udara di sekitarku. Aku terdiam mematung dengan mata yang menatap nanar bus yang berkobar terlalap lautan api. Bus itu telah jatuh ke dasar jurang dan aku berada 5 meter diatasnya, namun aku tak dapat berbuat apa-apa. Terdengar jeritan-jeritan para penumpang yang tak dapat menyelamatkan diri dari bis yang dipenuhi kobaran api. Mereka terpanggang hidup-hidup di dalam bis yang aku kendarai, aku mencium bau anyir daging terbakar disertai asap gelap pekat yang membumbung menuju langit malam.
Januar yang berdiri tak jauh dari tempatku terlihat tertegun dan mematung sama seperti aku. Sekujur tubuhnya dibaluti lumpur kecoklatan sementara pelipisnya tak henti-hentinya mengalirkan darah segar.
Awan mendung yang sedari tadi menggelayut di langit seolah murka dengan kebodohanku.”Jdaaarrrrrr!!!” petir berkelebat dari langit seperti ingin menampar mukaku dengan sangat kerasnya, diiringi gemuruh guntur yang seakan mencercaku berkali-kali...
Tak beberapa lama kemudian hujan turun dari langit, semakin lama semakin deras seolah menangisi jiwa-jiwa para penumpang yang melayang menuju alam baka akibat kebodohanku.
Lumpur dan darah yang membaluti tubuhku perlahan-lahan meluntur terbasuh air hujan, Tubuh Januar yang hampir menyerupai manusia lumpur mulai bergerak mendekatiku, wajahnya yang tersamarkan lumpur dan darah tak begitu jelas memperlihatkan ekspresi. Lumpur dan darah di wajahnya terus terguyur air hujan yang menderas, makin sadarlah aku bahwa raut muka bocah remaja putus SMP itu memperlihatkan kemarahan, kecemasan dan ketakutan yang bercampur baur.
”Plakkk!!!” mendadak sekali Januar menampar mukaku, aku terkesiap dan mematung beberapa detik namun segera tergantikan amarah yang mendidih.
Remaja tanggung ini dengan kurang ajar menampar harga diriku, ”Apa-apaan kau Jan!!” teriakku penuh kegeraman seraya tubuhku menerkam badan kecil Januar.
”Bukk!!bukkk!!!” meskipun ada beberapa tinjuku berhasil ditangkisnya, namun ada juga beberapa tinjuku menghujam perutnya dengan sangat keras hingga membuat Januar jatuh tersungkur.
Aku kembali menerkam tubuh Januar, kami bergumul di tengah lumpur dan hujan deras. Tubuhku dan tubuh Januar berguling-guling hingga ke dasar jurang dan sangat dekat dengan bangkai bus yang masih diselimuti api.
Aku berhasil mencengkeram tubuh Januar yang terkapar hampir pingsan, tangan kananku meraih batu terdekat sedangkan tangan kiriku masih mencengkeram lehernya.
”Ayo bunuh aku juga kang!biar tidak ada saksi!!ayo!!ayo!!” tantang Januar ditengah ketidakberdayaannya, air matanya mengalir bercampur air hujan yang belum juga mereda.
Mendengar tantangan tersebut aku tertegun dan tersadar dari amarah yang membabi buta. Aku mengurungkan niat mengeksekusi Januar. Bagaimanapun juga aku masih punya hati nurani, tak mungkin aku membunuh seseorang hanya karena emosi sesaat. Batu dalam genggamanku terjatuh, kulepas cengkeraman tanganku dari leher Januar. Aku terduduk lesu di sebelah tubuh Januar yang masih terkapar.
Kulihat Januar berusaha bangkit dengan susah payah, matanya terus menatap bangkai bus dengan penuh kecemasan. ”Kenapa hari ini apes sekali kang??”ratapnya, sementara tubuhnya mulai menggigil entah karena kedinginan atau dicekam ketakutan yang luar biasa.
Aku tak bisa berbuat apa-apa, aku berharap kecelakaan tragis ini hanya mimpi belaka, namun kecelakaan ini benar-benar nyata. Aku benar-benar telah membunuh 40 orang hanya dalam hitungan menit, buluk kudukku meremang saat menyadari bahwa peristiwa maut ini adalah akibat kecerobohanku.
Aku merasakan tubuhku dialiri ketakutan luar biasa, bahkan mungkin ketakutan yang aku rasakan saat ini jauh melebihi yang dirasakan Januar. Untuk saat ini aku tak mampu berpikir jernih, otakku terlalu banyak dijejali kecemasan dan ketakutan akan bayangan dosa yang telah aku lakukan malam ini.
Hujan masih deras mengguyur bumi, kelelahan luar biasa menerpaku hingga memaksaku untuk merebahkan diri di tanah basah dan berlumpur. Untuk sementara aku tak menghiraukan tubuhku yang basah kuyub, seharusnya tubuhku menggigil kedinginan, namun yang kurasakan adalah panas yang menjalar ke seluruh tubuh. Rasa panas karena takut yang menggemuruh dan mengalir ke seluruh pembuluh darahku, sungguh sangat tidak nyaman....
Kulihat Januar telah berhasil menenangkan dirinya, dia juga mulai menyadari bahwa musibah ini bukan kesengajaanku. Matanya menatapku dengan iba, mungkin di dalam benaknya aku adalah sosok yang paling patut dikasihani.
------------------------------------------
”Kenapa tadi kang Wahyu ngerem mendadak sampe bis terguling?”tanya Januar pelahan, kemudian dia ikut merebahkan tubuhnya di tanah berlumpur dan membiarkan tubuhnya terguyur hujan.
”Kamu tadi liat anak kecil menyeberang jalan gak?”tanyaku pada Januar, sementara mataku masih menatap awan pekat yang rata menyelimuti permukaan langit. Hujan sudah tidak terlalu deras membasuh tubuh kelelahan kami.
Januar terperanjat mendengar pertanyaanku,”Benar kang Wahyu melihat anak kecil menyeberang jalan?”
”Iya benar! Makanya aku ngerem sekuat-kuatnya sampai bis terguling...”tegasku.
”Sumpah bang aku gak liat ada anak kecil menyeberang jalan...”jawab Januar.
Aku terkesiap mendengar jawaban Januar, jika tidak ada anak kecil menyeberang jalan lalu apa yang aku liat itu? Apakah anak kecil yang aku lihat sekilas itu tidak nyata? Apakah itu hanya halusinasiku saja? Ataukah anak kecil itu adalah makhluk halus yang sengaja menjadi penyebab kecelakaan maut ini?
Aku berusaha mengingat kembali alur kecelakaan yang membuat bis jatuh ke jurang dan terbakar. Bulu kudukku meremang begitu menyadari bahwa tak mungkin di tempat terpencil seperti ini ada anak kecil keluyuran malam hari. Jika anak kecil itu benar-benar nyata tentu tidak mungkin selamat dari hantaman bis. Jika anak itu memang manusia, pasti mayatnya sekarang sudah terkapar di jalan raya.
”Bang! Kita liat aja apakah anak kecil itu benar-benar ketabrak bis atau enggak!”ajak Januar tiba-tiba.
”Aku juga berpikiran sama dengan kau Jan....” jawabku lirih.
Kemudian aku mengumpulkan tenaga yang masih tersisa, aku berusaha bangkit. Hujan tinggal rintik-rintik , langit malam hari mulai tersingkap karena awan-awan berangsur menipis. Bulan tergantung separuh di langit, memberi sedikit cahaya ke dasar jurang. Kepalaku mendongak sementara mataku berusaha mencari puncak jurang.
”Ya Tuhan, ternyata jurang ini sangat dalam” gumamku, secara samar aku dapat melihat dinding jurang yang curam ini dipenuhi batu-batu tajam, kecil kemungkinan nyawa manusia bisa selamat jika jatuh di jurang ini, kecuali keajaiban yang menyelamatkannya.
Beruntung nyawaku berhasil selamat dari jurang yang mengerikan, tapi sialnya kenapa harus aku yang mengalami kejadian tragis ini. Kenyataan ini menggelitik benakku, karena baru kali ini aku merasa menjadi orang paling beruntung sekaligus paling sial di saat bersamaan.
”Kita jangan lama-lama disini kang..”kata Januar, meskipun sepertinya tenaganya telah habis, Januar terus berusaha mendaki tebing jurang. Tubuhnya yang ceking terlihat lihai bergerak menuju pucak jurang, sementara aku masih berusaha mengumpulkan tenaga dan menyusul Januar mendaki tebing.
”Ayo kang!keburu pagi!!”teriak Januar yang telah berada 5 meter diatasku.
”Tunggu Jan!” aku balas berteriak kepada Januar. Ternyata tidak mudah mendaki tebing yang terjal ini, hujan deras membuat tanah pijakan menjadi sangat licin karena lumpur yang melumer.
Sangat susah payah aku mencoba mendaki tebing sementara tubuh lincah Januar telah hampir sampai di puncak jurang. ”Ayo kang! Lebih cepet lagi!!”seru Januar sambil kepalanya melongok melihat keadaanku yang kesulitan mencari medan yang lebih mudah.
”Sialan!” aku mengumpat saat lumpur menciprat mataku. Ternyata aku baru menyadari bahwa staminaku sangat jauh menurun jika dibandingkan saat masih kuliah sepuluh tahun silam.
Meskipun tenagaku telah hampir terkuras karena pendakian ini, aku sedikit merasakan kelegaan karena tinggal beberapa meter lagi pendakian yang sangat melelahkan ini segera berakhir.
”Jangan nyerah kang!tinggal dikit lagi!”teriak Januar memberi semangat. Cukup memalukan rasanya kalah stamina dengan bocah umur belasan tahun, telah beberapa kali aku berhenti mendaki hanya untuk mengatur nafasku yang terengah-engah kelelahan. Perutku terasa mual disertai pandangan yang berkunang-kunang, menandakan bahwa tubuhku menyerah karena tak ada lagi tenaga yang tersisa. Tapi saat aku memandang ke bawah jurang dan mendapati bangkai bus dan puluhan mayat yang hangus, naluriku tergugah untuk segera melarikan diri.
”Sini kang!”kata Januar sambil mengulurkan lengan kanannya saat aku hampir menyentuh ujung jurang. Aku segera meraih lengan kurusnya itu dan tubuhku serta-merta mendapat dorongan tenaga yang membuatku kini telah berada di tepi jalan raya.
Pandangan mataku berkeliling mengamati keadaan jalan raya. Aku mendapati serpihan kaca bus yang tak terhitung jumlahnya tercecer di tengah jalan raya, aku berjalan cepat untuk mencermati jalur kecelakaan yang telah aku buat. Malam ini lalu lintas jalan raya teramat sepi, tak kudapati sesosokpun mayat anak kecil yang tergeletak di jalan raya. Bahkan ceceran darah tak setetespun tersimbah di permukaan aspal.
Aku lemas seolah tubuhku tak lagi bertulang, ternyata benar kekhawatiranku bahwa aku hanya melihat bayangan, aku hanya berhalusinasi melihat anak kecil menyeberangi jalan raya. Tapi mungkin mungkin juga kekhwawatiranku yang kedua juga benar, bahwa anak kecil kecil berbaju putih itu memang benar-benar menyeberangi jalan raya, meskipun dia bukan dari dunia ini tapi dari dunia lain yang tak terlihat mata.
Malam ini lalu lintas teramat sepi, yah...meskipun ada beberapa kendaraan yang melintas, takkan mungkin mereka menyempatkan diri untuk berhenti dan peduli pada kecelakaan di jalan raya ini.
Aku tertegun dan terdiam mematung seperti juga Januar yang terlihat lesu seolah tanpa darah. Tubuh kami terlalu lelah untuk beranjak dari tempat kami bersandar. Lari dari kenyataan pun rasanya tak ada gunanya lagi, para polisi terlalu cerdik untuk mengungkap kasus kecil semacam ini.
Biarlah pagi hari menjemput tubuh lelah kami dan memberi kabar kepada kantor polisi untuk segera menjemput kami menuju jeruji penjara. Entah apa yang harus kukatakan kepada istriku saat melihat suaminya meringkuk di penjara untuk waktu yang lama. Entah bagaimana nantinya aku menyelamatkan pernikahan kami....(joko suwono)