Senin, 18 Agustus 2008

Film Biografi John F. Nash

Judul: A BEAUTIFUL MIND
Sutradara: Ron HowardSkenario: Akiva Goldman
Pemain: Russell Crowe, Jennifer Conelly, Paul Bethany



Ini adalah sebuah film yang bercerita tentang perjuangan luar biasa seorang penerima Nobel Ekonomi, John Forbes Nash (Russel Crowe) yang menderita gangguan schizophrenia paranoid.
Apakah schizophrenia itu? Ini adalah penyakit, di mana pemikiran manusia seringkali mengalami suatu dinamisasi, entah itu mengarah pada kemajuan atau bahkan kemunduran. Pemikiran merupakan proses perdebatan antara kita dengan diri kita. Secara sadar ataupun tidak sadar kita pasti melakukan hal tersebut.
Tokoh utama film ini (Crowe) adalah seorang ilmuwan matematika yang tentunya lebih sering mengutak-atik angka. Kehidupan pun ia jabarkan dengan angka-angka. Hal inilah yang menghadapkan ia dengan penyakit psikologisnya. Hingga akhirnya ia selalu dihantui oleh mimpi ataupun fantasinya. Dalam fantasinya ia seolah-olah berada dalam keanggotaan rahasia (intel) departemen pertahanan Amerika Serikat yang sedang melakukan spionase ataupun pelacakan terhadap pemboman yang akan dilakukan Rusia. Penyakit ini dinamakan schizophrenia yang memiliki gejala-gejala paranoid terhadap sekitarnya.Tak ada obat yang mampu menyembuhkan penyakit ini, kecuali kesadaran penderitanya sendiri. Seringkali dilakukan suatu langkah pengobatan, namun selalu berakhir dengan nilai nol besar. Setiap kali pengobatan nantinya ia akan kembali pada situasi yang serba fantasi, kesemuan belaka. Dukungan keluarga [terutama istrinya, Alicia, fisikawan muda yang cantik], sahabat-sahabatnya, sejawatnya di kampus, membuat John Nash bisa “berdamai” dengan halusinasi dan delusi yang menjadi simptom utama schizophrenia.
Film ini luar biasa dari segi penceritaannya. Juga menampilkan kejeniusan Nash yang di atas rata-rata, halusinasi dan delusi yang terus menghantuinya, pengobatan schizophrenia yang saat itu masih menggunakan insulin shock-therapy, dukungan istri dan rekan-rekannya dalam karirnya di Princeton University, dan masih banyak lagi.
Memang film ini kurang mengeksplorasi Game Theory yang merupakan solusi ekonomi yang lebih canggih daripada metafora Invisible Hand-nya seorang ekonom terkemuka Adam Smith, yang mengantarkan Nash memperoleh Nobel. Soalnya ini film tentang shizophrenia, bukan tentang ekonomi. Insya Allah tentang teori ekuilibrium atau dikenal dengan kesetimbangan Nash ini akan saya bahas di tulisan yang lain. Inti dari Game Theory yang sangat terkenal ini adalah “analysis of decision making” atau sebuah analisis dengan mempertimbangkan strategi orang lain di dalam strategi kita. Salah satu aplikasi yang memanfaatkan Game Theory ini adalah untuk kejadian prisoner’s dilemma, di mana kejadian ini akan menguntungkan semua pihak bila mencapai sebuah titik yang dinamakan kesetimbangan Nash. Teori kesetimbangan ini lebih banyak digunakan pada bidang ekonomi.
Pada saat John Nash menerima penganugerahan Nobel di Swedia pada tahun 1994 berkat teori ekulibriumnya yang banyak berjasa pada teori-teori ekonomi, ia menutup penganugerahan tersebut dengan kata-kata yang sangat inspiratif buat saya.



“Aku selalu percaya akan angka. Dalam persamaan dan logika, yang membawa pada akal sehat. Tapi setelah seumur hidup mengejar, aku bertanya, apa logika sebenarnya? Siapa yang memutuskan apa yang masuk akal? Pencarianku membawaku ke alam fisik, metafisik, delusional, dan tenggelam ke dalamnya yang membuatku hampir kehilangan istri dan anakku. Namun saat aku hampir tenggelam hingga ke dasar palung delusi, keyakinan cinta istriku yang mampu menarikku kembali ke permukaan alam sadarku. Keyakinan cintanya yang tulus telah menyadarkan aku...telah kudapatkan penemuan penting dalam karirku, hidupku. Hanya di persamaan misterius cinta, alasan logis tidak bisa ditemukan. Ada satu misteri yang belum bisa aku pecahkan, yaitu misteri cinta.”

Perhaps it is good to have a beautiful mind, but an even greater gift is to discover a beautiful heart.
(dari berbagai sumber)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar